Menghadapi ancaman Gorila El Nino: Apa yang harus diketahui oleh RI

by -333 Views

Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) memperkirakan bahwa kemarau yang panjang dan suhu tinggi akibat fenomena El Nino belum akan berakhir dalam waktu dekat ini. Tim Variabilitas, Perubahan Iklim, dan Awal Musim (TIVIPIAM) BRIN dalam riset terbaru menemukan tanda-tanda bahwa akan terjadi Gorila El Nino atau kemarau yang semakin parah di Indonesia.

Ketua TIM TIVIPIAM BRIN, Erma Yulihastin, mengatakan bahwa indeks El Nino terus naik, sementara itu terjadi transfer energi dari wilayah timur Samudra Pasifik yang dekat dengan Peru ke arah barat. Ketika indeks mencapai 2, pada saat itulah kekeringan akan semakin terasa.

Erma menjelaskan bahwa pengukuran indeks dan kekuatan El Nino dilakukan dengan membagi area di sekitar Samudra Pasifik menjadi 4 bagian. Area 1 dan 2 adalah wilayah timur Pasifik yang mengarah ke negara Peru. Sementara itu, area 3 dan 4 merupakan wilayah barat Samudra Pasifik. Area 3 dan 4 berada lebih dekat dengan Papua dan memiliki pengaruh yang besar terhadap kondisi iklim Indonesia. Apabila fenomena El Nino bergerak ke area 3 dan 4, maka kemarau akan bertahan lebih lama dengan intensitas yang lebih kuat. Jika itu terjadi, Indonesia dipastikan akan mengalami kondisi seperti yang terjadi pada El Nino tahun 2015.

Erma mengatakan bahwa El Nino tahun 2015 bertahan lebih lama daripada yang seharusnya, sehingga siklus hidupnya bukan hanya 9 bulan, melainkan lebih dari 1 tahun bahkan hampir 2 tahun. Michael McPhaden, ahli El Nino dari National Oceanic and Atmospheric Administration (NOAA), menyebut El Nino pada tahun 2015 sebagai Gorila El Nino. Nama ini diberikan karena periode waktunya dan intensitas El Nino yang tinggi. Erma mengatakan bahwa tanda-tanda terjadinya Gorila El Nino saat ini sedang diwaspadai. El Nino saat ini sedang menuju area 3 Samudra Pasifik yang semakin mendekati wilayah Indonesia. Jika El Nino semakin mendekati area 3, maka kemarau yang lebih panjang dipastikan akan terjadi di Indonesia.

Meskipun demikian, Erma mengatakan bahwa belum ada yang bisa memastikan apakah Gorila El Nino akan terjadi di Indonesia. Peneliti masih terus memantau perkembangan cuaca di Samudra Pasifik. Banyak ahli yang menduga bahwa fenomena Gorila El Nino disebabkan oleh suhu bumi yang naik lebih dari 1,5 derajat Celsius akibat perubahan iklim. Banyak badan klimatologi dunia yang sedang berusaha membuat pemodelan cuaca yang lebih akurat dengan menghitung perbedaan suhu sebesar 1,5 derajat tersebut.