Kementerian Perdagangan (Kemendag) mengungkapkan, Indonesia belum menggarap semua pasar potensial ekspor komoditas pangan unggulan. Meskipun demikian, Indonesia memiliki sejumlah produk unggulan untuk pasar ekspor terutama dalam makanan dan minuman (mamin).
Miftah Farid, Plh. Direktur Pengembangan Ekspor Produk Primer Kemendag menyebutkan bahwa selama lima tahun terakhir, sektor ini mengalami pertumbuhan sebesar 8%. Beberapa produk unggulan Indonesia diantaranya adalah bahan makanan siap masak, waffle, wafer, biskuit seafood seperti kepiting dan tuna, ekstrak kopi, dan bumbu-bumbuan.
Nilai ekspor makanan dan minuman selama Januari hingga Agustus tahun ini masih cukup baik meskipun terjadi perlambatan ekonomi. Pada periode tersebut, ekspor sektor makanan dan minuman mencapai US$3,38 miliar.
Miftah mengungkapkan bahwa saat ini Indonesia baru menggarap 52% dari potensi pasar pangan olahan, dan masih ada 48% pasar yang belum tergarap dengan nilai sebesar US$2,6 miliar. Miftah menambahkan bahwa target ekspor Indonesia adalah ke negara-negara besar seperti Amerika Serikat (AS) dan Filipina. Pasar di Filipina memiliki potensi hampir US$1 miliar dengan regulasi yang tidak seketat negara maju. Negara potensial berikutnya adalah Singapura, Thailand, Vietnam, dan Jepang.
Miftah yakin bahwa produk makanan Indonesia memiliki kualitas yang cukup untuk masuk ke negara-negara maju. Pameran makanan seperti SIAL Interfood memberikan dorongan bagi ekspor produk makanan Indonesia ke negara-negara maju.
Pameran SIAL Interfood yang berlangsung pada 8-11 November 2023 diharapkan dapat mendorong bangkitnya industri makanan, minuman, hotel, restoran, cafe, dan bakery di Indonesia. Pameran ini melibatkan 895 perusahaan dengan 100 di antaranya merupakan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM).
CEO Krista Exhibitions, Daud D Salim, mengungkapkan bahwa pameran ini diharapkan dapat membantu pertumbuhan industri makanan dan minuman di Indonesia menjadi go global dengan menampilkan inovasi baru dalam makanan, minuman, jasa boga, dan bakery.