Pemanfaatan Tebu Sebagai Bahan Campuran BBM Tidak Mempengaruhi Produksi Gula

by -127 Views

Asosiasi Petani Tebu Rakyat Indonesia (APTRI) menyatakan bahwa rencana pemerintah untuk mengubah tebu menjadi etanol sebagai campuran bahan bakar minyak (BBM) tidak akan mempengaruhi produksi gula untuk pangan. Ketua Umum APTRI, Soemitro Samadikoen menjelaskan bahwa proses pengolahan tebu menjadi campuran BBM menggunakan tetes tebu atau molase sebagai produk sampingan atau limbah dari proses pengolahan tebu.

Soemitro menegaskan bahwa penggunaan molase untuk BBM tidak akan mengganggu produksi gula karena menggunakan produk sampingan. Dia mendorong pemerintah untuk lebih serius dalam menjalankan program pengolahan tebu menjadi bioetanol. Meskipun kebutuhan produksi bioetanol di Indonesia tidak terlalu besar, Indonesia harus serius dalam memenuhi kebutuhan bioetanol di dalam negeri.

Indonesia kini sudah dapat mengubah tebu menjadi bahan bakar minyak (BBM), khususnya bensin, dengan menghasilkan dan menjual produk BBM dengan campuran bioetanol berbasis tebu, seperti produk Pertamax Green 95 yang dijual PT Pertamina (Persero). Direktur Utama Pertamina Patra Niaga Riva Siahaan menjelaskan bahwa pihaknya bekerja sama dengan PT Energi Agro Utama (Enero) untuk mendapatkan pasokan bioetanol berbasis molase.

Riva menekankan bahwa proses produksi bioetanol tidak beririsan dengan produksi gula untuk pangan, sesuai dengan upaya pemerintah untuk mencapai swasembada gula. Dia juga menyebut bahwa pihaknya sedang melakukan riset untuk memanfaatkan tumbuhan selain tebu, seperti jagung, sorgum, dan tandan sawit, untuk diolah menjadi bioetanol.

Dengan berbagai jenis tanaman yang potensial, pihaknya akan mencari tumbuhan mana yang akan memberikan nilai dan keekonomian terbaik sebagai bahan campuran BBM. Terdapat artikel terkait yang membahas upaya Indonesia dalam pemanfaatan bioetanol untuk mengurai jeratan impor BBM. Selanjutnya, artikel tersebut merupakan langkah RI dalam mendorong pemanfaatan bioetanol.