Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) COP28 Dubai telah berakhir. Agenda dunia yang khusus membahas permasalahan iklim untuk mencapai pengurangan emisi gas rumah kaca menghasilkan hasil yang belum pasti.
Dalam draf kesepakatan iklim pada pertemuan puncak COP28 Senin (11/12/2023), disarankan langkah-langkah yang dapat diambil oleh negara-negara untuk memotong emisi gas rumah kaca. Namun, draft tersebut tidak mencantumkan “penghentian” bahan bakar fosil seperti yang diminta oleh banyak negara. Hal tersebut menuai perpecahan dan kecaman dari AS, Uni Eropa, dan negara-negara yang rentan terhadap perubahan iklim.
KTT tersebut tidak membicarakan lebih lanjut tentang pengurangan emisi gas rumah kaca dengan mengakhiri penggunaan batu bara dan minyak yang dinilai memberikan sumbangan besar terhadap emisi.
Presiden COP28 Sultan Al Jaber mendesak hampir 200 negara yang hadir dalam pembicaraan tersebut untuk menyelesaikan kesepakatan sebelum KTT berakhir, khususnya pembicaraan mengenai penghentian bahan bakar fosil.
Dalam draf terbaru perjanjian COP28 mencantumkan delapan opsi yang dapat digunakan negara-negara untuk mengurangi emisi, termasuk: “Mengurangi konsumsi dan produksi bahan bakar fosil, dengan cara yang adil, teratur, dan merata sehingga mencapai nol emisi pada, sebelum, atau sekitar tahun 2050”.
Tindakan lain yang termasuk dalam daftar ini adalah meningkatkan kapasitas energi terbarukan sebanyak tiga kali lipat pada tahun 2030, “mengurangi penggunaan batu bara secara bertahap” dan meningkatkan teknologi termasuk teknologi untuk menangkap emisi CO2 agar tidak mencemari atmosfer.
Utusan Khusus AS untuk Perubahan Iklim John Kerry mengatakan pada pertemuan tersebut, bahwa rancangan perjanjian tersebut harus diperkuat. Menurutnya, banyak yang menyerukan dunia untuk menghentikan penggunaan bahan bakar fosil, dan hal itu dimulai dengan pengurangan yang signifikan pada dekade ini.