Asosiasi Pengusaha Bauksit dan Bijih Besi Indonesia (APB3I) mengungkapkan kendala utama dalam pembangunan industri hilirisasi mineral mentah, terutama bauksit, di dalam negeri.
Plh. Ketua Umum APB3I Ronald Sulistyanto mengatakan bahwa para pengusaha bauksit saat ini tersendat oleh dana untuk membangun fasilitas pemurnian dan pemrosesan (smelter) bauksit dalam negeri. Dia mengklaim bahwa untuk membangun satu smelter bauksit di Indonesia membutuhkan dana mencapai US$ 1,2 miliar setara Rp 18,5 triliun.
Menurutnya, sumber pendanaan dari dalam negeri maupun luar negeri tidak bisa mendanai pembangunan smelter di Indonesia. Saat ini, smelter bauksit di Tanah Air terhitung hanya dua unit yakni yang dioperasikan oleh PT Borneo Alumina Indonesia (BAI) dan PT Well Harvest Winning (WHW).
Sebelumnya, Ketua Indonesian Mining & Energy Forum (IMEF) Singgih Widagdo juga sempat menilai bahwa sejumlah perusahaan bauksit tidak serius membangun proyek smelter. Oleh sebab itu, menurutnya pemerintah perlu mengambil sikap tegas untuk melanjutkan kebijakan larangan ekspor bauksit mulai Juni 2023.
Berdasarkan temuan Kementerian ESDM di lapangan, dari 8 proyek smelter bauksit, 7 lokasi smelter masih berupa tanah lapang. Berikut 8 perusahaan smelter bauksit tersebut:
1. PT Quality Sukses Sejahtera
2. PT Dinamika Sejahtera Mandiri
3. PT Parenggean Makmur Sejahtera
4. PT Persada Pratama Cemerlang
5. PT Sumber Bumi Marau
6. PT Kalbar Bumi Perkasa
7. PT Laman Mining
8. PT Borneo Alumina Indonesia
APB3I berharap pemerintah dapat mengambil langkah tegas untuk mendukung pembangunan smelter bauksit di dalam negeri demi kemajuan industri hilirisasi mineral mentah.