Pertamina Berencana Menghasilkan 100% Bioavtur pada Tahun 2026

by -119 Views

PT Kilang Pertamina Internasional (KPI), Subholding Refining & Petrochemical Pertamina, mengungkapkan bahwa perusahaan menargetkan untuk memproduksi bioavtur 100% pada 2026 mendatang. Saat ini perusahaan telah memproduksi bioavtur atau Sustainable Aviation Fuel (SAF) dengan campuran 2,4% produk sawit pada Green Refinery Kilang Cilacap. Kapasitas pengolahan bioavtur saat ini mencapai 9.000 barel per hari (bph). Adapun bahan bakunya yaitu produk turunan sawit, Refined Bleach Deodorized Palm Kernel Oil (RBDPKO).

Direktur Utama PT KPI Taufik Aditiyawarman mengatakan, untuk mencapai target bioavtur 100%, maka kini perusahaan tengah menyelesaikan fase 2 Green Refinery Cilacap. “Dari sisi pabrik, kita saat ini sedang mengembangkan untuk bisa memproduksikan 100% bioavtur, rencananya di 2026 bisa on stream. Bisa on stream 2026 dan bahan bakunya, bahan bakunya pun nanti bisa multiple feedstock,” jelasnya kepada CNBC Indonesia dalam program Energy Corner, Selasa (2/1/2024).

Dia menyebutkan, produksi bioavtur mencapai 100% tersebut bukan hanya memanfaatkan bahan baku minyak sawit, tapi bisa juga minyak jelantah hingga lemak binatang. “Itu bukan hanya dari Crude Palm Oil, tetapi kita sekarang ini untuk juga ada fleksibilitas dari used-cooking oil, kemudian juga dari animal fat itu salah satu multiple feedstock yang kita desain dalam plan di Green Refinery Fase 2, Cilacap,” tambahnya.

Dia pun menyebut, pada 2030 Indonesia kemungkinan akan menerapkan campuran 5% bioavtur. Bila produksi dari kilang dalam negeri masih berlebih, maka tak menutup kemungkinan bahwa produk bioavtur ini bisa diekspor.

“Tapi ini SAF 100%, bukan 2,4% lagi, untuk memenuhi kebutuhan baik nantinya mungkin pemerintah akan memandatkan penggunaan SAF di 2030 5% untuk semua airlines. Kita sudah siap dan juga mungkin nanti remaining produksinya kita bisa ekspor,” jelasnya.

Dia juga mengatakan, pihaknya saat ini tengah melihat peluang penggunaan bioavtur di luar negeri, sehingga ada peluang untuk menjajaki pasar ekspor ke depannya. “Memang nanti ada peluang, walaupun di kita dalam negeri mungkin hanya 5% itu mandatory requirement untuk airlines, tetapi kita harus lihat melalui Patra Niaga tadi yang saya sampaikan, keluar seperti apa demand di luar, karena yang kami peroleh juga saat ini, bahwa requirement di luar sudah lebih duluan untuk penggunaan bioavtur,” tambahnya.

“Nah itu adalah opportunity untuk kita bisa mendapatkan revenue stream dari ekspor untuk bioavtur ini ke depan,” tandasnya.