Hizbullah Memperhatikan Israel, AS Memulai Diplomasi

by -186 Views

Perang antara Israel dan Hamas telah berlangsung selama lebih dari tiga bulan dan terus meluas. Baru-baru ini, puluhan tembakan besar dari Lebanon menghantam Israel utara pada Sabtu (6/1/2024) waktu setempat. Kelompok bersenjata Lebanon, Hizbullah, mengatakan mereka menyerang pos penting Israel dengan 62 roket sebagai “respon awal” terhadap pembunuhan wakil ketua Hamas awal pekan ini. Ketegangan ini meningkat sejak wakil pemimpin Hamas, Saleh al-Arouri, dibunuh oleh pesawat tak berawak pada hari Selasa di pinggiran selatan Beirut, kubu sekutu Hamas di Lebanon yang didukung Iran, Hizbullah. Sementara itu, serangan Israel atas Hamas di Gaza telah menewaskan 22.600 orang dan menghancurkan daerah padat penduduk berpenduduk 2,3 juta orang.

AS dan Uni Eropa sedang memulai dorongan diplomatik baru untuk menghentikan dampak perang di Gaza agar tidak meluas ke Lebanon, Tepi Barat, dan jalur pelayaran Laut Merah. Di samping itu, kondisi di Gaza semakin memprihatinkan karena kelaparan, dengan tingkat kerawanan pangan tertinggi yang pernah tercatat. Menurut kepala bantuan darurat PBB, Martin Griffiths, Gaza telah mejadi tempat kematian dan keputusasaan.

Gaza telah menjadi tidak bisa dihuni karena serangan Israel yang tak kunjung berhenti, dan telah menewaskan lebih dari 22.600 warga Palestina dan hampir 58.000 orang terluka. Banyak anak-anak di Gaza menghadapi siklus mematikan yang mengancam lebih dari 1,1 juta anak. Sementara itu, rumah sakit Al-Shifa, yang merupakan rumah sakit terbesar di Gaza, hampir tidak berfungsi sejak pertengahan November akibat kekurangan bahan medis dan bahan bakar.

Di sisi diplomasi, Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken bertemu dengan para pemimpin Turki dan Yunani pada hari Sabtu untuk meredakan ketegangan di Timur Tengah sejak perang Israel dengan Hamas dimulai pada bulan Oktober. Menteri Luar Negeri AS juga akan melakukan kunjungan ke negara-negara Arab, Israel, dan Tepi Barat.

Sementara itu, Komite Eksekutif Organisasi Pembebasan Palestina (PLO) menyatakan bahwa “masa depan Jalur Gaza ditentukan oleh rakyat Palestina, bukan Israel” dan menolak rencana pembangunan Gaza oleh Israel.