“Perencanaan perang yang terlalu detail biasanya sia-sia, karena berbagai faktor dan kejadian akan mengubah keadaan dan asumsi yang digunakan. Karena itu ujian terbesar kepemimpinan militer adalah kemampuan membuat keputusan dengan tepat dalam tekanan waktu dan keterbatasan informasi,” tulis Clausewitz dalam buku yang menjadi pegangan banyak pimpinan militer yang merencanakan dan memimpin operasi militer.
Clausewitz adalah seorang Jenderal Angkatan Darat Prussia, sekarang bagian dari Jerman, yang menghabiskan hampir seluruh kariernya berperang melawan tentara Prancis pimpinan Napoleon. Ia menjadi terkenal karena serial tulisannya tentang filosofi dan teknik perang, yang sebagian disebarkan dalam sebuah buku berjudul On War/Tentang Perang.
Buku karya Clausewitz ini lebih dari sekedar taktik perang. Clausewitz membahas filosofi dari perang itu sendiri, dan kenapa sebuah negara dan sebuah tentara berperang melawan negara dan tentara lain. Dalam pengalaman saya memimpin organisasi tentara, saya berpendapat “mengetahui kenapa kita berperang”, dan “bagaimana cara kita menang perang”, adalah sama-sama penting.
Walaupun seorang prajurit harus mengikuti perintah atasan tanpa bertanya “kenapa”, tetapi mengetahui filosofi di balik perintah pergi perang akan sangat membangun dan menjaga moril seorang prajurit dan organisasi tentara. Pada akhirnya, Clausewitz juga berpendapat sama, biasanya perang dimenangkan oleh pihak yang memiliki kegigihan dan keyakinan lebih tinggi untuk berperang.
Clausewitz menjelaskan bahwa perang adalah kelanjutan dari politik. Jika politik adalah kemampuan untuk membuat orang lain melakukan sebuah keputusan, “perang adalah cara memaksakan orang lain, biasanya musuh kita, melakukan keputusan kita”. Dengan kata lain, tujuan dari perang adalah untuk menjalankan sebuah keputusan politik. Oleh karena eratnya hubungan perang dengan politik, dan politik dengan filosofi, maka sudah sewajarnya seorang prajurit dan pimpinan militer mempelajari politik, filosofi dan sejarah.