Kepemimpinan Letnan Jenderal TNI (Purn) Tarub

by -105 Views

Oleh: Prabowo Subianto [diambil dari Buku Kepemimpinan Militer 1: Catatan dari Pengalaman Letnan Jenderal TNI (Purn) Prabowo Subianto]

Pak Tarub adalah lulusan angkatan ’65. Saya pertama kali berinteraksi dengannya secara dekat ketika beliau menarik saya dari Kepala Staf Brigade menjadi komandan Pusdikpassus di Batujajar. Saya anggap peristiwa ini sebuah kehormatan.

Saat beliau menarik saya, beliau mengatakan, “Prabowo, coba kau benahi Batujajar. Kurikulum perbaiki. Buat tidak kalah dengan pasukan terbaik di dunia.” Misi itulah yang saya emban, dan dengan dukungan penuh dari beliau saya melakukan perubahan kurikulum dan sistem latihan di Batujajar.

Sebelum menjabat komandan Pusdikpassus, saya meninjau beberapa pasukan khusus terbaik di dunia, antara lain Delta Force di Amerika, SAS di Inggris, dan GSG9 di Jerman. Setiap kali saya berkunjung ke pasukan-pasukan tersebut, saya selalu mencari tahu tentang kurikulum pelatihan dan pendidikan mereka. Dari Pak Tarub, saya belajar bahwa untuk menilai suatu pasukan, kita harus melihat kurikulum pendidikan mereka. Dari situ kita akan tahu kualitas pasukan itu. Dengan dukungan penuh dari Pak Tarub, saya memperbaiki mutu dan kurikulum pelatihan komando di Batujajar. Sekarang setelah sekian puluh tahun saya memantau, beberapa perubahan yang saya lakukan masih terus diterapkan di Batujajar.

Pak Tarub dikenal sebagai orang yang periang, penuh humor, selalu sangat persuasif, dan jarang marah. Pribadinya halus. Beliau disukai atasan, disukai rekan, dan disukai anak buah.

Dari foto-foto daerah operasi, terlihat bahwa Pak Tarub sejak kapten juga selalu berada di daerah operasi. Pak Tarub punya hobi menembak selain tentunya olahraga yang lain, terutama olahraga bela diri.

Seringkali Pak Tarub memberi tugas-tugas kepada saya. Namun, setelah memberikan tugas beliau membiarkan saya menyelesaikan tugas tanpa banyak campur tangan. Saya merasakan bahwa banyak senior saya memberi tugas, memberi perintah, memberikan dukungan yang dibutuhkan, namun tidak mengganggu pelaksanaan tugas.

Sifat ini kemudian saya gunakan sebagai cara saya dalam memimpin. Saya sering memberikan tugas kepada anak buah, lalu membiarkan mereka menyelesaikan tugas tersebut. Tentu saja saya akan memberikan apa yang diperlukan, tapi saya memberikan keleluasaan kepada mereka untuk menyelesaikan tugas tersebut.

Sebagai seorang lapangan, saya tidak suka jika setiap langkah harus diatur, harus ditanya, harus diawasi. Saya melihat ini sebagai gaya kepemimpinan yang berhasil.

Di satuan-satuan yang aktif dan kuat, pasukan-pasukan dunia yang hebat, gaya kepemimpinan jenderal-jenderal hebat luar negeri adalah demikian. Dikenal dengan istilah mission type order, perintah diberikan dengan memberikan tugas pokok yang tidak perlu detail.

Ini merupakan hal yang dilaksanakan oleh Pak Sahala Rajagukguk saat mengendalikan saya pada tahun 1978, dalam operasi mengejar Lobato. “Kamu sampai di sini ini, lanjutkan pengejaran ke koordinat ini. Lalu kamu sudah tahu ya apa yang harus dilakukan. Ketemu lagi berapa hari dari sekarang dengan helikopter ini.” Ia selanjutnya langsung terbang, tidak ada lagi perintah operasi yang bertele-tele. Hal ini juga merupakan yang saya pelajari dari Pak Tarub.

Source link