SiwinduMedia.com – Merenung dan bertafakur, mengamati berbagai fenomena, tentu akan menghasilkan sebuah pemikiran dan kesimpulan tertentu versi renungan tersebut. Sebagaimana kata para filsuf, kita paham bahwa filsafat adalah seni bertanya, kemudian berpikir, merenung, sehingga mendapat jawaban atau kesimpulan sementara.
Setiap pertanyaan adalah filsafat, tetapi jika pertanyaan itu sudah terjawab, bukan lagi filsafat melainkan sebuah ilmu pengetahuan. Maka ilmuwan mengatakan bahwa filsafat adalah induknya ilmu pengetahuan.
Penulis merenung mengamati fenomena Pilkada Kabupaten Kuningan. Mengapa saat ini situasinya menjadi unik, membingungkan, dan banyak fenomena asyik untuk ditafakuri.
Sepeninggal almarhum mantan Bupati Kuningan Bapak H. Acep Purnama, SH, MH, situasi politik jelang Pilkada Kabupaten Kuningan menjadi sangat unik, dimana banyaknya tokoh yang bermunculan mengajukan untuk menjadi bakal calon atau calon bupati Kuningan. Seolah membuka mata masyarakat Kabupaten Kuningan bahwa sebenarnya banyak sekali tokoh yang siap dan layak memimpin Kuningan.
Semua punya peluang dan kesempatan yang sama, dan punya kekuatan yang sama. Jika satu calon bingung, maka yang lainnya juga sama-sama memiliki kebingungan, jika satu Partai Politik bingung, maka Parpol yang lainnya juga sama bingung. Semua nampak berada pada posisi yang setara. Fenomena ini sampai pada kesimpulan sambil menarik nafas panjang terucap “Pak Acep Purnama telah menjadi asbab kesetaraan”.
Fenomena berikutnya, situasi Partai Politik yang saat ini memperoleh kursi di DPRD Kabupaten Kuningan, seberapa pun jumlah perolehan kursinya, semua partai politik memiliki daya tawar yang sama kuat, saling mengunci, saling menjadi kunci.
Tarik-menarik kepentingan dan perhitungan membuat semua partai memiliki peluang dan kekuatan yang sama. Hitung-hitungan peluang kemenangan membuat semua partai politik berperan penting dalam pengaruhnya terhadap kemenangan.
Semua pada posisi yang setara. Lagi-lagi situasi ini sampai pada kesimpulan sambil menarik nafas panjang terucap “Pak Acep Purnama telah menjadi asbab kesetaraan”.
Demikianlah kita bertafakur atas situasi dan kondisi yang ada. Sehingga ingatan kita pun sampai pada ketika kepemimpinan Bapak Acep Purnama. Beliau selalu siap dan terbuka dalam menerima tamu walau sampai larut malam. Tamu dari kalangan pejabat, sampai rakyat jelata, asal sudah datang ke pendopo pasti diterimanya masuk dan didengarkan apa aspirasinya. Pak Acep sangat terbuka, familier, dan melayani siapa saja yang datang.
Gaya kepemimpinan ini membuat kita sekali lagi menarik nafas panjang sambil terucap “Pak Acep Purnama wujudkan kesetaraan”.
Wallahu’alambishowab.Semoga almarhum Bapak Acep Purnama diterima Iman Islamnya, diampuni segala khilafnya.
Aamiin
Penulis: Topic Offirstson, M.Si., M.Pd
Ketua Persatuan Guru Madrasah (PGM) Indonesia Kabupaten Kuningan