LIEUTENANT GENERAL TNI (RET.) YOGIE SUARDI MEMET

by -135 Views

Oleh: Prabowo Subianto [diambil dari Buku: Catatan Kepemimpinan Militer dari Pengalaman Bab I: Pemimpin Teladan Tentara Nasional Indonesia]

Pak Yogie memang seperti kebanyakan dari generasi ’45. Wajahnya penuh simpati. Dia memiliki mata tajam dan sikap yang sangat percaya diri. Dia sangat disiplin dan sangat berpengetahuan. Dia bisa lancar berbicara dalam berbagai bahasa asing, dan tentu saja, dia sangat patriotik.

Nilai kunci yang saya pelajari dari generasi ’45 adalah cinta tanah air yang tanpa syarat. Mereka juga penuh percaya diri karena berhasil mengusir penjajah.

Pada pertemuan pertama saya dengan dia, saya terkesan bahwa dia mengingatkan saya, atau lebih tepatnya memperingatkan saya, untuk selalu menghormati kedua orang tua saya. Dia adalah orang yang taat beragama dan seringkali hadir di masjidnya. Dia adalah orang pertama yang aktif membatasi perilaku liar di Korps Baret Merah.

Saya mengenal Pak Yogie Suardi Memet ketika saya lulus dari pelatihan komando di Pusat Pendidikan dan Latihan Pasukan Khusus (PUSDIKLATPASSUS), Batujajar. Saya saat itu adalah Letnan Dua. Setelah lulus, saya melapor kepada Komandan KOPASSANDHA pada saat itu, Brigadir Jenderal Yogie Suardi Memet.

Meskipun posturnya tidak terlalu tinggi, penampilannya sangat menarik. Dia sangat rapi, dengan rambut pendek, kumis yang bersih, dan seragam yang sempurna. Tidak ada sedikit pun lemak yang terlihat. Dia suka menggulung lengan bajunya untuk menunjukkan otot besar di lengannya. Dia tegas namun tetap simpatik.

Dia adalah contoh dari generasi ’45, penuh percaya diri setelah mengalahkan penjajah asing dan menunjukkan cinta tanah air yang kuat dan tanpa syarat. Seorang patriot. Dia juga sangat disiplin dan berpengetahuan, menguasai berbagai bahasa asing.

Ketika pertama kali bertemu dengannya, saya terkesan bahwa dia mengingatkan saya, atau lebih tepatnya memperingatkan saya, untuk selalu menghormati kedua orang tua saya.

Dia sangat taat beragama dan seringkali hadir di masjidnya. Dia yang mulai menghilangkan ‘kebiasaan buruk’ di Korps Baret Merah.

Pada saat itu, budaya minum-minum sangat merajalela di Korps tersebut. Ada ‘harapan’ bahwa prajurit yang baik dalam pertempuran juga harus pandai dalam minum alkohol dan menjadi ahli dalam ‘keusilan’ lainnya.

Yang menarik, jika dia menggunakan mobil dinas, dia tidak akan mengizinkan istrinya duduk di depan, bahkan jika tempat tersebut kosong. Saat itu, mobil dinas Komandan KOPASSANDHA adalah Toyota Land Cruiser dengan atap kanvas. Bagi dia, mobil dinas adalah untuk para komandan, bukan untuk istri mereka. Inilah contoh yang mendefinisikan generasi ’45.

Pak Yogie S. Memet adalah Mantan Komandan Batalyon 330 Kujang I Siliwangi. Satuan yang dipimpinnya berhasil menangkap Kahar Muzakar di Sulawesi Selatan dalam operasi penindakan DI/TII di bawah pimpinan Kolonel Infanteri Andi Muhammad Yusuf, Komandan Komando Teritorial XIV/Hasanuddin.

Dia bukan lulusan Akademi Militer. Saat Indonesia baru saja merdeka, negara belum memiliki akademi militer. Hanya ada program pelatihan perwira angkatan darat yang disebut P3AD di Bandung. Itulah tempat dia lulus. Selain Yogie S. Memet, alumni P3AD lainnya yang terkenal termasuk Jenderal L.B. Moerdani dan Letnan Jenderal Dading Kalbuadi.

Source link