MAJOR GENERAL TNI (RET.) SUHARTONO SURATMAN

by -113 Views

Ditulis oleh: Prabowo Subianto [diambil dari Buku: Catatan Kepemimpinan Militer dari Pengalaman Bab I]

Selain menjadi atlet anggar, Pak Tono juga adalah penembak yang hebat. Dia juga sangat mahir berenang. Biasanya, seseorang yang mahir dalam freefall tidak bisa menyelam, atau seorang penyelam tidak mahir dalam freefall. Namun, Pak Tono sangat unggul dalam keduanya, freefall dan menyelam. Dia adalah anggota Pasukan Katak. Dia juga sangat ahli dalam karate. Saya sering mengatakan bahwa dia adalah seorang perwira TNI yang memberikan contoh yang baik dan seharusnya menjadi idola bagi anak buahnya dan generasi mendatang.

Ketika saya diangkat sebagai Menteri Pertahanan, saya mencari orang yang sesuai untuk menjadi kepala Sekolah Tinggi Taruna Nusantara. Saya bertanya, ‘Pak Tono Suratman, apakah Anda bersedia menjadi Kepala Taruna Nusantara?’

‘Saya bersedia’. Bayangkan patriotisme dari orang ini. Dia pernah menjadi asisten keamanan Kepala Staf Angkatan Darat. Dia pernah menjadi Pangdam Kalimantan. Sekarang dia sudah pensiun, tapi dia bersedia menjadi kepala Sekolah Tinggi Taruna Nusantara.

Tono Suratman adalah adik kelas saya sejak satu tahun. Kami sudah bersama untuk waktu yang cukup lama. Meskipun perbedaan usia, kami sangat dekat. Bagi saya, dia seperti adik sendiri. Ketika kami masih lajang, dia sering menginap di rumah orang tua saya di Kebayoran Baru, di Jalan Kertanegara nomor 4.

Ketika saya menjadi Komandan Kompi (DANKI), dia adalah Komandan Peleton (DANTON) 1. Kami sama-sama ditempatkan di Timor Timur. Dia bergabung dengan Nanggala 28. Namanya sandi saya adalah Kancil; sedangkan dia adalah Kancil Satu. Di sana, saya melihat bagaimana dia unggul sebagai seorang perwira lapangan.

Sejak ia menjadi taruna, Pak Tono sangat aktif dalam olahraga. Ia pernah menjadi anggota tim nasional anggar. Dia juga merupakan anggota tim renang AKMIL; dan penembak yang hebat.

Dia mencolok sebagai seorang perwira muda di KOPASSUS. Ketika saya menjadi Wakil Komandan Detasemen 81, saya menyarankan kepada Pak Luhut sebagai atasanku untuk menunjuk Pak Tono sebagai komandan Pasukan Katak Detasemen 81. Sejak itu, saya sering pergi ke medan perang dengan Pak Tono.

Selama karirnya, akhirnya dia menjadi Komandan grup 1 Para-Commando KOPASSUS. Dia juga menggantikan saya sebagai Komandan Pusat Pendidikan dan Latihan KOPASSUS. Dia juga memimpin pasukan Rajawali, yang terdiri dari kompi-kompi terbaik dari semua KODAM. Kompi-kompi ini dilatih khusus dalam taktik anti gerilya, yang kami sebut pasukan pemburu. Setelah pelatihan, pasukan Rajawali dikerahkan ke Timor Timur. Pasukan ini sangat efektif dalam pertempuran. Itu merupakan cikal bakal Batalyon Raider yang dibentuk oleh Jenderal Ryamizard Ryacudu sebagai Kepala Staf Angkatan Darat.

Selain menjadi atlet anggar, Pak Tono juga merupakan penembak yang hebat. Dia sangat mahir dalam menembak pistol, senapan serbu, dll. Dia juga adalah perenang yang luar biasa, tidak heran, karena ia memimpin Pasukan Katak Detasemen 81. Dia berlatih dengan Pasukan Katak elit Angkatan Laut (KOPASKA). Selain itu, dia juga adalah penyelam tempur dan penerjun bebas yang luar biasa.

Biasanya, seseorang yang unggul dalam freefall tidak bisa menyelam, dan sebaliknya. Namun, Pak Tono sangat unggul dalam keduanya. Dia juga sangat ahli dalam karate. Dia adalah orang yang berwawasan luas. Saya sering mengatakan bahwa dia adalah contoh yang baik dan diidolakan oleh perwira dan generasi muda.

Ketika saya diangkat sebagai Menteri Pertahanan, saya bertekad untuk meningkatkan Sekolah Tinggi Taruna Nusantara, yang didirikan di bawah naungan Kementerian Pertahanan. Sekolah Tinggi Taruna Nusantara didirikan oleh Pak Benny Moerdani. Ketika saya masih seorang perwira muda saat itu, saya terlibat dalam penyusunan konsep awal sekolah dan disampaikan kepada Pak Benny Moerdani.

Ketika saya diangkat sebagai Menteri Pertahanan, saya mencari orang yang sesuai untuk menjadi kepala sekolah, jadi saya bertanya kepada Pak Tono. ‘Pak Tono, apakah Anda bersedia menjadi Kepala Taruna Nusantara?’

‘Siap! Saya bersedia!’, jawab Pak Tono tanpa ragu.

Bayangkan patriotisme dari orang ini. Dia pernah menjadi asisten keamanan Kepala Staf Angkatan Darat. Dia pernah menjadi Komandan Komando Teritorial di Kalimantan. Dia sudah pensiun, namun dia bersedia menjadi kepala Sekolah Tinggi Taruna Nusantara. Dia memandang sekolah tersebut sebagai ‘periuk’ untuk mendidik dan melatih siswa-siswa yang unggul yang kelak akan menjadi pemimpin superior, sangat penting bagi masa depan negara dan bangsa. Pak Tono adalah adik kelas saya yang kepemimpinannya harus diajarkan dan diwariskan kepada generasi mendatang.

Menurut pendapat saya, seharusnya dia menjadi komandan Pasukan Khusus Indonesia karena dia adalah seorang perwira komando yang lebih baik daripada saya, dan mungkin bahkan Komandan KOSTRAD.

Source link