Perang di Timur Tengah semakin memanas, terutama antara Israel dan Hizbullah, kelompok bersenjata di Lebanon.
Setelah gelombang ledakan ratusan pager pekan lalu diikuti dengan serangkaian serangan komunikasi lain yang menewaskan puluhan orang dan melukai ribuan lainnya, serta serangan udara Israel ke 1.000 target Hizbullah, kemarin Hizbullah melepaskan 100 roket yang berhasil menembus pertahanan udara Israel dan menyerang Negeri Zionis. Banyak roket berhasil menembus sistem pertahanan udara Israel dan merusak bangunan serta kendaraan di Haifa.
Dalam pernyataan terbarunya pada hari Minggu, Wakil Kepala Hizbullah Naim Qassem menyatakan bahwa kelompoknya telah memasuki “fase baru” dalam pertempurannya melawan Israel. Ia menyebut bahwa perang terbuka telah terjadi.
Komentar ini merupakan yang pertama dari seorang pejabat senior Hizbullah sejak serangan di pinggiran selatan Beirut yang menewaskan Ibrahim Aqil, kepala Pasukan Radwan elit Hizbullah. Setidaknya 16 anggota Hizbullah tewas dalam serangan itu, sementara Kementerian Kesehatan Lebanon mencatat jumlah korban tewas mencapai 45 orang, termasuk warga sipil.
Serangan Hizbullah terhadap fasilitas produksi militer Israel dan pangkalan udara di dekat Haifa, Israel utara, merupakan bagian dari “perhitungan terbuka” yang baru. Hanya gencatan senjata di Gaza yang dapat menghentikan serangan lintas batas.
Israel sendiri telah mengumumkan perluasan tujuan perang, dengan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu berjanji untuk mengembalikan penduduk Israel utara yang mengungsi akibat pertempuran dengan Hizbullah. Menteri Pertahanan Yoav Gallant menyatakan bahwa pasukan Israel akan terus mengejar tujuan perang mereka dan akan terus menggunakan tindakan militer hingga mencapai kembalinya masyarakat utara Israel dengan aman.
Kekerasan yang meningkat dalam beberapa hari terakhir telah menimbulkan kekhawatiran global. Ada ketakutan akan perang habis-habisan di kalangan Arab dan Barat. Menteri Luar Negeri Mesir memperingatkan tentang risiko perang regional habis-habisan tersebut dan menyuarakan dukungan untuk upaya mediasi gencatan senjata.
Qatar, Mesir, dan Amerika Serikat telah berupaya untuk mengamankan gencatan senjata dan kesepakatan pembebasan sandera di Gaza, sebagai cara untuk meredakan ketegangan regional. Uni Eropa juga menyatakan kekhawatiran mereka terhadap meningkatnya kekerasan dan menyerukan gencatan senjata yang mendesak.
Perang di Timur Tengah semakin memanas dan masyarakat internasional berharap agar konflik ini dapat diselesaikan dengan cara damai.