Sejumlah ekonom senior Institute for Development of Economics and Finance (Indef) memberikan proyeksi mengenai masa depan kabinet Presiden Prabowo Subianto dan Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka. Seperti diketahui, salah satu karakteristik yang paling mencolok dari kabinet bernama Merah Putih ini adalah jumlahnya yang relatif besar.
Prabowo memiliki menteri berjumlah 48 orang. Angka ini bertambah besar dibandingkan era Presiden Joko Widodo yang berjumlah 34 menteri. Belum lagi jumlah wakil menteri yang juga banyak.
Lantas apa saja keuntungan dan mudarat dari pembentukan kabinet yang dinilai akomodatif ini?
Fadhil Hasan
Ekonom senior sekaligus salah satu pendiri pendiri Indef Fadhil Hasan mengatakan risiko dari kabinet super gemuk akan muncul dalam 1 sampai 2 tahun ke depan. Selain soal inefisiensi, dia menilai kabinet raksasa ini berpotensi membuat gerakan pemerintah menjadi lambat.
“Padahal Prabowo ingin suatu gerakan yang cepat dalam pelaksanaan berbagai program dan visinya,” kata Fadhil dalam diskusi Indef dikutip, Rabu, (23/10/2024).
Fadhil menilai kabinet besar ini juga berpotensi memicu permasalahan koordinasi. Belajar dari presiden sebelumnya, kata dia, koordinasi adalah persoalan pokok dalam menjalankan kebijakan dan program.
“Dengan kabinet super gemuk plus berbagai menteri koordinator dan badan, maka koordinasi kemungkinan besar sulit. Siapa bertanggungjawab, dan satu dengan lainnya timbul overlapping,” kata dia.
Didin S. Damanhuri
Senada, ekonom senior Indef Didin S. Damanhuri menilai kabinet gemuk akan memunculkan banyak masalah perihal koordinasi. Dia menilai ada kemungkinan Prabowo melakukan perombakan kabinet dalam waktu satu tahun ke depan.
“Bisa jadi kabinet akan direvisi ke depan jika diperkirakan tidak akan mencapai target 8% pertumbuhan ekonomi,” kata dia.
Selain itu, Didin juga menyoroti Astacita atau 17 program strategis Prabowo. Dia menilai Prabowo ingin mengedepankan strategi Basic Need Approach. Strategi inilah yang membedakan Prabowo dengan Presiden Jokowi.
“Basic need approach mirip dengan program pemerataan dari era Soeharto,” kata dia.
Aviliani
Ekonom senior Indef Aviliani melihat sisi positif dari kabinet gemuk Prabowo-Gibran. Pertama, Aviliani menilai Prabowo adalah orang yang sudah ‘selesai’ dengan dirinya sendiri. Karenanya, dia menilai Prabowo tak punya kepentingan lain, selain menciptakan stabilitas dalam pemerintahannya.
“Mengakomodasi semua orang yang membantu, itu nampaknya yang diutamakan supaya tidak mengganggu organisasi,” kata dia.
Meski demikian, Aviliani mengingatkan kabinet gemuk ini butuh sosok pemimpin yang super kuat. Kalau tidak, maka akan sulit membuahkan kebijakan yang diinginkan.
“Sepertinya dengan susunan organisasi itu, rasanya sulit untuk membuahkan kebijakan yang sesuai dengan keinginan,” kata dia.
Selain itu, Aviliani berpendapat Prabowo juga harus menentukan skala prioritas dari pemerintahannya. Menurut dia, skala prioritas inilah yang belum nampak
dalam pidato Prabowo seusai dilantik.
“Seharusnya terlihat target yang ingin dicapai, itu yang dalam pidato Prabowo belum terlihat, yang orang lihat daftar keinginannya banyak,” kata dia.