“Perkembangan Industri Tekstil RI di Tengah Kehadiran China dan Trump”

by -8 Views

Ketua Umum Asosiasi Produsen Serat dan Benang Filamen Indonesia (APSyFI), Redma Gita Wiraswasta, mengungkapkan keprihatinan serius terkait krisis yang tengah menghantui industri tekstil Indonesia. Menurutnya, pasar domestik perlu dilindungi dari invasi besar-besaran produk tekstil impor, baik yang sah maupun ilegal, yang terus mengalir ke dalam negeri. Redma menjelaskan bahwa banjirnya produk impor asal China dimulai dari kelebihan stok selama pandemi Covid-19 dan semakin diperparah dengan larangan impor dari berbagai negara terhadap produk China. China pun mulai mengarahkan pasar alternatifnya ke Indonesia.
Dia memperkirakan tekanan akan terus berlanjut pada tahun 2025, terutama dengan kebijakan proteksionis Amerika Serikat yang dapat memperburuk kondisi. Redma menekankan bahwa pemerintah perlu segera mengambil tindakan konkret untuk melindungi pasar domestik. Langkah-langkah yang disarankan antara lain adalah mengatasi impor ilegal, merevisi regulasi impor, dan menerapkan aturan anti-dumping serta safeguard terhadap produk impor. Redma juga menyoroti bahwa masalah ini tidak bisa hanya diselesaikan dengan insentif atau restrukturisasi, dan bahwa pemerintah terkesan mengabaikan usulan yang telah diajukan sejak beberapa tahun lalu.
Selain itu, Redma mencurigai adanya kelompok pejabat yang memiliki kepentingan terhadap impor tekstil dan menghambat upaya penyelesaian masalah tersebut. Dia mendesak pemerintah untuk fokus pada penyelesaian masalah impor, baik yang legal maupun ilegal, demi melindungi industri tekstil dalam negeri.