Donald Trump, presiden terpilih Amerika Serikat (AS), akan segera dilantik sebagai kepala negara. Dikenal sebagai sosok kontroversial dengan kebijakan ekonomi yang radikal, Trump telah menarik perhatian banyak orang. Tahun 2025 diprediksi akan menjadi tahun yang penuh tantangan bagi perekonomian global, dengan pertumbuhan yang diproyeksikan stabil namun masih kurang memuaskan. Faktor seperti inflasi, suku bunga, dan tarif perdagangan akan mempengaruhi dinamika ekonomi di masa mendatang.
Pemotongan suku bunga ketiga oleh Federal Reserve AS memberikan angin segar bagi jutaan peminjam Amerika, namun pasar saham turun tajam setelah Ketua Federal Reserve, Jerome Powell, menegaskan bahwa tidak akan ada banyak pemotongan suku bunga tambahan di tahun 2025. Inflasi masih menjadi perhatian utama, meskipun kenaikan harga telah sedikit melambat, inflasi tetap tinggi di AS, zona euro, dan Inggris.
Perang dagang menjadi salah satu isu utama yang semakin memperuncing ketidakpastian global, terutama dengan ancaman tarif baru yang dilontarkan Trump terhadap mitra dagang utama AS. Ancaman ini dapat memengaruhi ekonomi negara-negara yang sangat bergantung pada perdagangan dengan AS. Visi ekonomi Trump, termasuk kebijakan tarif, dianggap berpotensi memiliki dampak ekonomi global yang luas.
Menurut Deputi Kepala Ekonom Bank Dunia, tarif perdagangan yang diusulkan Trump dapat membawa dampak yang signifikan pada perekonomian global. Ancaman tarif yang diarahkan pada mitra dagang utama AS, seperti China, Meksiko, dan Kanada, membuat banyak negara khawatir dengan konsekuensinya. Bank Dunia bahkan menyebut bahwa ketegangan perdagangan antara ekonomi besar menjadi salah satu kekhawatiran terbesar dalam perekonomian global pada tahun 2025.
Dengan pertumbuhan ekonomi global yang diprediksi rendah, perkembangan di masa depan masih menjadi tanda tanya besar. Implikasi dari kebijakan-kebijakan ekonomi yang diusung Trump, terutama terkait dengan tarif perdagangan, menjadi sorotan utama dalam dinamika ekonomi global ke depan.