Uni Eropa (UE) bersiap untuk menegakkan standar ketat terhadap impor pangan yang tidak memenuhi aturan mereka. Hal ini terungkap dari dokumen yang diterbitkan baru-baru ini. Upaya ini dilakukan sebagai tanggapan atas protes para petani UE terhadap regulasi yang membebani mereka, penurunan pendapatan, dan persaingan yang tidak adil dari pesaing internasional yang tidak tunduk pada regulasi yang sama.
Dalam dokumen tersebut, terdapat blueprints untuk sektor pertanian, yang menjadi perhatian utama dan menghabiskan sebagian besar anggaran UE. Komisi EU bertekad untuk mengharmonisasi standar produksi produk impor dengan produk lokal untuk menjaga daya saing sektor pertanian. Salah satu langkah konkret yang akan diambil adalah melarang pestisida berbahaya yang termasuk dalam larangan di UE agar tidak diizinkan masuk melalui impor.
Langkah-langkah ini diharapkan dapat mengurangi ketegangan dan memberikan kesejahteraan bagi semua pihak terkait. Namun, potensi larangan impor tertentu dapat memicu konflik perdagangan yang berdampak luas. Selain itu, UE juga berencana untuk mereformasi kebijakan pertanian bersama (CAP) dengan focus pada pemangkasan birokrasi dan subsidi lebih besar kepada petani yang membutuhkan.
Visi untuk Pertanian dan Pangan juga menekankan pentingnya aliran dana kepada petani muda dan yang berkontribusi pada pelestarian lingkungan. Selain itu, dukungan disediakan untuk petani skala kecil dan menengah. UE juga ditekan untuk mengurangi ketergantungan dan diversifikasi rantai pasokan, terutama dalam impor pupuk dari Rusia.
Indonesia sendiri belum mendapatkan informasi resmi mengenai bagaimana kebijakan ini akan memengaruhi Aturan Deforestasi Uni Eropa (EUDR). Namun, EUDR telah menjadi sumber ketegangan antara Indonesia dan UE terkait ekspor produk sawit. Peraturan baru ini baru dimulai berlaku dan telah ditunda satu tahun untuk memberikan waktu persiapan lebih kepada perusahaan dan otoritas terkait.
Komisaris UE untuk Pertanian, Christophe Hansen, menyebut Visi untuk Pertanian dan Pangan sebagai peta jalan untuk inisiatif masa depan tanpa secara langsung mengomentari EUDR. Namun, ia menyoroti pentingnya inisiatif pangan yang berkelanjutan dalam visi tersebut.