Pasar kripto mengalami goncangan hebat setelah harga Bitcoin merosot tajam ke USD 86.099 atau sekitar Rp 1,41 miliar, menyebabkan lebih dari USD 1,06 miliar likuidasi atau sekitar Rp 17,3 triliun terjadi. Posisi long terkena dampak paling besar dengan kerugian total mencapai USD 873 juta.
Menurut data dari Coinmarketcap dan Coinglass pada 26 Februari, sekitar 230.000 pedagang mengalami likuidasi dalam periode 24 jam sebelumnya. Open interest di pasar turun 5%, menunjukkan adanya deleveraging yang signifikan. Selain itu, arus masuk ke bursa melonjak 14,2%, menandakan adanya aksi jual panik dari investor yang ingin melindungi dana mereka.
Perubahan negatif dalam tingkat pembiayaan juga mencerminkan pergeseran sentimen investor menjadi lebih pesimistis. Para trader saat ini lebih berhati-hati, menanggapi potensi penurunan lebih lanjut akibat likuiditas yang rendah di pasar.
Aksi jual massal ini berbarengan dengan penarikan dana yang signifikan dari ETF Bitcoin spot di Amerika Serikat, mencapai USD 1,1 miliar dalam lima hari terakhir. Selain Bitcoin, saham perusahaan terkait kripto juga mengalami penurunan besar. Investor Bitcoin menghadapi tekanan jual yang meningkat karena banyak dari mereka telah membeli cryptocurrency tersebut saat harganya mendekati puncak di USD 108.000.
Situasi ini semakin diperparah dengan aksi penjualan besar dari paus kripto dalam satu minggu terakhir. Tindakan tersebut telah menambah tekanan negatif terhadap likuiditas pasar.
Mengungkap Anjloknya Bitcoin dan Pasar Kripto
