Bolivia memutuskan untuk mengambil langkah inovatif dengan memanfaatkan mata uang kripto sebagai solusi untuk membayar impor energi, mengatasi krisis bahan bakar dan kelangkaan dolar yang semakin parah. Dalam laporan dari Yahoo Finance, keputusan ini diumumkan oleh perusahaan energi milik negara, Yacimientos Petrolíferos Fiscales Bolivianos (YPFB), dan pejabat pemerintah pada Rabu lalu. Negara tersebut menghadapi tantangan ekonomi akibat penurunan cadangan devisa setelah ekspor gas alam menurun, yang menyebabkan krisis bahan bakar dan protes yang meningkat dari masyarakat. YPFB telah memperkenalkan sistem baru yang memungkinkan penggunaan mata uang kripto dalam transaksi impor energi setelah mendapat persetujuan dari pemerintah. Meskipun transisi ini menandai perubahan besar dalam cara negara berkembang menghadapi tantangan ekonomi global, Bolivia belum sepenuhnya menggunakan aset digital dalam transaksi impor energi, tetapi berencana untuk menerapkannya dalam waktu dekat. Langkah Bolivia menuju pemakaian kripto dalam perdagangan energi mencerminkan evolusi dalam penerimaan alternatif terhadap dolar AS yang semakin diikuti oleh banyak negara di dunia.
Otoritas AS Sita 749 Bitcoin dalam Kasus Silk Road – Nilai Aset Tersita
