Harga Bitcoin mengalami penurunan signifikan sebesar 22% dari rekor tertingginya di angka USD 109.000 yang dicapai pada 20 Januari 2025, tepat pada hari pelantikan Donald Trump sebagai Presiden AS. Meskipun terjadi penurunan tajam ini, banyak analis meyakini ini hanyalah koreksi sementara dalam siklus pasar bullish Bitcoin. Menurut analis dari Bitfinex, pola siklus empat tahun Bitcoin masih menjadi faktor utama dalam pergerakan harga. Mereka menjelaskan bahwa koreksi dalam tren bullish adalah hal yang wajar dan sering kali mendahului rebound kuat. Indikator teknis memang menunjukkan adanya tekanan bearish, tetapi data historis menunjukkan bahwa Bitcoin cenderung bangkit kembali setelah periode penurunan. Para analis juga menyoroti kisaran harga USD 72.000 hingga USD 3.000 sebagai level support utama bagi Bitcoin. Selain itu, Bitcoin masih memiliki korelasi kuat dengan pasar keuangan tradisional, terutama indeks S&P 500, yang berarti potensi pemulihan bisa terjadi seiring dengan pergerakan pasar saham. Pada akhirnya, keputusan investasi tetap berada di tangan pembaca, yang perlu melakukan riset dan analisis sebelum terlibat dalam transaksi kripto. Liputan6.com tidak bertanggung jawab atas keputusan investasi yang dibuat dan resiko yang mungkin timbul dari transaksi tersebut.
Analisis Penurunan Harga Bitcoin: Akhir Bull Run?
