Pemerintah Rusia memberikan kondisi bagi pihaknya untuk mundur dari medan perang Ukraina. Ini disampaikan oleh Wakil Menteri Keamanan Rusia, Sergei Ryabkov, dalam artikel yang berjudul “Wakil Menteri Luar Negeri Ryabkov: Tidak mungkin menyelesaikan konflik hingga NATO menarik diri.” Pendapat Ryabkov adalah bahwa akar konflik bukan hanya di Ukraina, tetapi juga pada perluasan NATO ke arah timur. Dia berpendapat bahwa penarikan pasukan NATO dari kawasan Baltik bisa membantu mengakhiri perang.
Menurut Ryabkov, Amerika perlu mengambil langkah-langkah konkrit untuk menyelesaikan kontradiksi mendasar terkait masalah keamanan. Dia menyampaikan bahwa tanpa menyelesaikan permasalahan perluasan NATO, sulit bagi kedua pihak untuk mengakhiri konflik di kawasan Euro-Atlantik. Ryabkov juga menyoroti sifat dan asal mula krisis Ukraina, yang menurutnya diprovokasi oleh otoritas AS dan Barat secara keseluruhan.
Di sisi lain, NATO mempertahankan kehadiran militer yang kuat di Negara-negara Baltik. Aliansi militer tersebut memperkuat kehadirannya di wilayah tersebut setelah serangan besar-besaran Rusia ke Ukraina. Swedia dan Finlandia juga telah beralih dari netral menjadi bergabung dengan NATO sejak invasi tersebut. Sekretaris Jenderal NATO, Mark Rutte, mengungkapkan bahwa Rusia dapat bersiap menyerang NATO dalam lima tahun ke depan. Oleh karena itu, ia menekankan perlunya peningkatan anggaran militer hingga 5% dari PDB bulan ini untuk mencegah ancaman dari Rusia.
Kepinginan berlanjut, Mark Rutte juga menyoroti bahwa bahaya tidak akan hilang bahkan setelah perang di Ukraina berakhir. Demikianlah gambaran dari perspektif Rusia dan NATO terkait situasi di Ukraina dan peran masing-masing pihak dalam penyelesaiannya.