Borong Emas-Rumah: Fenomena Orang Kaya RI dalam Dunia yang Kacau

by -8 Views

Pada kuartal I-2025, Bank Dunia mencatat terjadi peralihan pola investasi masyarakat Indonesia. Ketidakpastian yang semakin meningkat akibat perang dagang hingga konflik bersenjata di berbagai belahan dunia telah mempengaruhi preferensi investasi rumah tangga. Dalam Indonesia Economic Prospects edisi Juni 2025, Bank Dunia mengungkapkan bahwa indeks ketidakpastian mencapai titik tertinggi dalam lima tahun. Masyarakat cenderung meninggalkan instrumen investasi ekuitas, seperti saham, serta investasi obligasi dan deposito. Mereka mulai beralih untuk membeli emas dan aset properti.

Tren pembelian properti semakin meningkat, dengan kredit kepemilikan rumah dan apartemen mengalami pertumbuhan sebesar 80%. Hal ini mencerminkan pergeseran preferensi konsumen ke aset safe haven. Selain itu, investasi emas juga meningkat, sejalan dengan kenaikan harganya secara signifikan di tingkat global. Bank Dunia mencatat bahwa ketidakpastian global mendorong harga emas naik karena bank sentral meningkatkan pembelian.

Meskipun tren ini terjadi, Bank Dunia menegaskan bahwa peningkatan investasi dan konsumsi untuk aset safe haven tidak berasal dari lonjakan permintaan dari kelas menengah. Kelompok konsumen yang merespons tren ini dengan cepat adalah golongan kelas atas atau orang kaya. Data dari Bank Dunia menunjukkan bahwa peningkatan konsumsi tahunan sebesar 2-3% terjadi pada 40% masyarakat termiskin dan 10% masyarakat terkaya dari 2019 hingga 2024.

Sementara itu, golongan kelas menengah dan calon kelas menengah hanya mengalami pertumbuhan konsumsi sekitar 1,3% per tahun selama periode yang sama. Konsumsi kelas menengah terus tertinggal, dengan pertumbuhan yang lambat sejak pandemi. Bank Dunia mencatat bahwa konsumsi rumah tangga kelas menengah hanya tumbuh sebesar 1,3% per tahun dibandingkan dengan tingkat pertumbuhan kelompok termiskin dan terkaya.

Source link