Presiden Rusia, Vladimir Putin, dan Presiden China, Xi Jinping, tidak akan menghadiri pertemuan puncak BRICS di Brazil besok. Hal ini memunculkan spekulasi apakah nilai ideologis kedua negara pendiri, China dan Rusia, telah menurun seiring dengan perluasan anggota BRICS.
Xi Jinping yang biasanya hadir dalam pertemuan puncak BRICS dalam 12 tahun terakhir kali ini tidak akan hadir. Sementara itu, Putin yang tengah dihadapi surat perintah penangkapan dari ICC juga memutuskan untuk tidak menghadiri pertemuan tersebut di Brazil. Langkah ini dianggap sebagai tanda hormat kepada Brazil yang merupakan penandatangan undang-undang ICC.
BRICS sebagai kelompok negara berkembang yang diharapkan mampu menyaingi kekuatan negara G7 belakangan ini telah mengalami perluasan pesat. Penambahan anggota baru seperti Indonesia, Iran, Mesir, dan beberapa negara lainnya telah membuat BRICS condong ke arah autokrasi.
Brazil sendiri menganggap pengelompokan BRICS sebagai tanda adanya tatanan dunia baru yang sedang muncul. Dalam wawancara baru-baru ini, mantan Menteri Luar Negeri Brasil, Antonio Patriota, menyatakan bahwa kebijakan luar negeri AS akan membawa ke dalam transisi menuju dunia multipolar dengan distribusi kekuatan yang lebih merata. Ia meyakini bahwa paham multipolaritas akan semakin diterima oleh Eropa dan mungkin akan terbentuk aliansi baru yang akan menantang distribusi kekuasaan yang ada saat ini.