Israel semakin intens dalam serangan mereka di Gaza. Pasukan zionis melakukan pengeboman besar-besaran di dekat Deir el-Balah, termasuk di kamp pengungsi Nuseirat, al-Maghazi, dan Bureij.
Serangan tersebut terjadi ketika Israel memaksa penduduk untuk mengungsi ke selatan. Selain itu, serangan Israel juga menewaskan setidaknya 32 orang di Khan Younis dan 5 orang di Rafah.
Berikut perkembangan terkini situasi Gaza, Tepi Barat, dan sekitarnya, seperti dihimpun CNBC Indonesia dari berbagai sumber pada Jumat (5/1/2024).
Jumlah korban tewas
Laporan AFP, mengutip Kementerian Kesehatan Palestina dan Perhimpunan Bulan Sabit Merah Palestina (PRCS), mencatat setidaknya ada 22.600 korban tewas pada Jumat. Kementerian tersebut mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa pihaknya mencatat 162 kematian selama 24 jam terakhir, sementara total 57.910 orang terluka dan 7.000 hilang dalam hampir tiga bulan pertempuran.
Sementara jumlah korban di Israel kembali direvisi. Korban tewas pada serangan Hamas 7 Oktober lalu berubah dari 1.400 menjadi 1.139 orang. Sebanyak 173 tentara terbunuh dan 965 luka-luka. Setidaknya total 85 jurnalis telah terbunuh sejak perang Israel-Gaza dimulai pada 7 Oktober. Menurut Komite Perlindungan Jurnalis (CPJ) dan Federasi Jurnalis Internasional (IFJ), sebanyak 78 jurnalis Palestina, 3 jurnalis Lebanon, dan 4 jurnalis Israel telah terbunuh.
Pengeboman Israel
Pengeboman massal terus berlanjut di Gaza tengah. Ini semakin masif setelah militer Israel dan kendaraan lapis bajanya masuk lebih dalam ke wilayah tersebut, khususnya di sekitar az-Zawaida. “Militer berupaya membuat wilayah mulai dari az-Zawayda hingga kamp pengungsi Nuseirat, yang berpenduduk padat. Ratusan ribu orang tetap tinggal di sana hanya karena mereka tidak punya tempat lain untuk dituju, atau mereka menyimpulkan bahwa tidak ada tempat yang lebih aman,” menurut laporan Al Jazeera.
Selain penembakan artileri dan serangan udara, ada juga drone penyerang Israel yang melayang di ketinggian rendah di wilayah tersebut. “Kami telah mendengar laporan bahwa orang-orang yang tiba di Rumah Sakit al-Aqsa, yang merupakan satu-satunya fasilitas kesehatan semi-fungsional di Deir el-Balah, ditembak oleh drone tersebut,” lanjut laporan tersebut. “Dalam kasus lain yang dilaporkan, seseorang dipanggil namanya untuk keluar dari rumahnya dan kemudian ditembak mati oleh drone. Ketika berbicara dengan orang-orang yang tiba di kota Rafah dari pusat kota, mereka menggambarkan situasi di bumi yang seperti neraka.”
‘Kiamat’ Pangan
Langkanya makanan yang tersedia di Gaza kini menjadi tidak terjangkau, di mana berbagai harga melonjak dalam perekonomian masa perang. Menurut laporan Associated Press, sekantong tepung seberat 25 kg (55 pon) di Gaza berharga antara US$40 dan US$100 (Rp621 ribu-Rp1,5 juta), dibandingkan dengan US$10 (Rp155 ribu) sebelum 7 Oktober. Akibat kenaikan harga, sekitar 40 persen warga Palestina di Gaza berisiko kelaparan.
Di belahan dunia lain, menurut Organisasi Pangan dan Pertanian PBB. harga pangan lebih rendah dibandingkan harga pangan dalam tiga tahun terakhir, hal ini disebabkan oleh penurunan harga gula, minyak nabati, dan daging.
Kamp Digerebek, Israel Interogasi 500 Warga Palestina
Otoritas Urusan Tahanan dan Mantan Tahanan Palestina dan Masyarakat Tahanan Palestina mengatakan bahwa sekitar 500 orang, termasuk wanita dan anak-anak, diinterogasi oleh pasukan Israel di kamp pengungsi Nur Shams di kota Tulkarem. “Pendudukan memindahkan sekitar 150 warga Palestina ke salah satu barak militernya dan menangkap 20 lainnya,” kata kedua kelompok tersebut dalam sebuah pernyataan.
Pasukan Israel melakukan penggerebekan besar-besaran di kamp pengungsi yang berlangsung selama dua hari. Insiden ini mengakibatkan korban luka-luka dan penangkapan di antara warga Palestina, selain pemboman rumah-rumah dan penghancuran jalan-jalan, infrastruktur dan fasilitas umum. “Jumlah total penangkapan di Tepi Barat sejak 7 Oktober mencapai 5.650, mencatat bahwa kasus penangkapan termasuk mereka yang ditahan oleh pendudukan, dan mereka yang kemudian dibebaskan,” kata pernyataan itu.
Israel Beberkan Rencananya untuk Gaza
Menteri Pertahanan Israel Yoav Gallant menguraikan rencana untuk fase perang selanjutnya, termasuk masa depan Gaza. Berikut poin-poin pentingnya:
Hamas tidak lagi mengendalikan Gaza, dan “badan-badan Palestina” akan bertanggung jawab menjalankan wilayah tersebut.
Israel akan mempertahankan kebebasan bertindak operasionalnya, dan orang-orang baru yang menjalankan Gaza tidak akan memusuhi Israel dengan cara apa pun.
Akan ada “satuan tugas multinasional” yang terdiri dari negara-negara Barat dan Arab untuk mengatur wilayah perbatasan.
Israel ingin memimpin kekuatan ini, dan juga ingin mereka bertanggung jawab atas restrukturisasi dan pembangunan kembali Jalur Gaza.