Jakarta, CNBC Indonesia – PT PLN Indonesia Power, Subholding Pembangkit PT PLN (Persero), mengungkapkan bahwa perusahaan membutuhkan investasi sebesar Rp 250 triliun untuk membangun pembangkit listrik berbasis Energi Baru Terbarukan (EBT) sebesar 7 Giga Watt (GW) hingga tahun 2030.
Direktur Keuangan PLN Indonesia Power, Endang Astharanti, menjelaskan bahwa ini dilakukan sebagai upaya untuk mencapai target pemerintah dalam mencapai netral emisi karbon atau Net Zero Emissions (NZE) pada tahun 2060 atau lebih cepat.
“Tantangan lainnya adalah kebutuhan investasi yang besar untuk mencapai goals NZE. Pembangunan 7 GW ini hingga tahun 2030 membutuhkan investasi sebesar Rp 250 triliun jika seluruhnya dibiayai oleh kami,” jelas Endang dalam acara ‘Road to CNBC Indonesia Awards 2023: Best Energy Companies’.
Untuk mendukung pendanaan tersebut, Endang mengatakan bahwa perusahaan menjalin kolaborasi finansial dengan mitra dari dalam dan luar negeri. Hal ini dikarenakan keterbatasan modal perusahaan.
“Kami memiliki beberapa inisiatif kolaborasi finansial dengan beberapa mitra, termasuk developer dari dalam dan luar negeri. Dengan adanya co-investment ini, modal kami dapat terbantu,” tambahnya.
Dia menyebutkan bahwa target pembangkit berbasis EBT sebesar 7 GW pada tahun 2030 tersebut sudah tertuang dalam Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) 2021-2030.
“Sebagai perusahaan pembangkit listrik, dalam RUPTL 2030 kami memiliki tanggung jawab untuk mengembangkan pembangkit berbasis EBT sebesar 7 GW. Kami sangat agresif dan memiliki banyak tantangan,” ungkapnya.
Dalam RUPTL 2021-2030, terdapat 52% atau setara dengan 20,9 GW total pembangkit EBT yang akan dibangun. Bauran EBT yang akan dibangun termasuk Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) dengan porsi 50%, diikuti oleh energi panas bumi sebesar 500 Mega Watt (MW), dan energi surya sebesar 1.500 MW.
Dengan adanya pembangkit EBT yang terbangun di Indonesia, maka negara ini siap untuk menghadapi program transisi energi. Salah satunya adalah melakukan pensiun dini Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) batu bara yang akan digantikan oleh pembangkit EBT.
“Harapannya dengan percepatan pengembangan EBT, kami dapat melakukan pensiun dini untuk PLTU karena kebutuhan listrik naik 5% per tahun. Selain itu, kebutuhan tambahan seperti smelter juga dapat dipenuhi. Tantangan ini harus kita jawab bersama untuk mempercepat pengembangan listrik yang terjangkau,” tegasnya.
Indonesia memiliki potensi EBT yang melimpah sebesar 3.687 GW. Potensi tersebut terdiri dari potensi surya sebesar 3.294 GW, potensi hidro sebesar 95 GW, potensi bioenergi sebesar 57 GW, potensi bayu sebesar 155 GW, potensi panas bumi sebesar 23 GW, potensi laut sebesar 63 GW, potensi uranium sebesar 89.483 ton, dan potensi Thorium sebesar 143.234 ton.
Hingga Semester I tahun 2023, tercatat kapasitas terpasang Pembangkit Listrik Tenaga (PLT) EBT secara keseluruhan sebesar 12.736,7 MW. Kapasitas ini didapatkan dari PLT Air sebesar 6.738,3 MW, PLTBio 3.118,3 MW, PLT Panas Bumi 2.373,1 MW, PLT Surya 322,6 MW, PLT Bayu 154,3 MW, dan PLT Gasifikasi Batubara 30,0 MW.
Jumlah PLT EBT yang telah beroperasi saat ini sebesar 737 MW (3,5%), sedangkan yang sedang dalam tahap konstruksi sebesar 5.259 MW (25,1%), tahap pengadaan sebesar 976 MW (4,7%), tahap rencana pengadaan sebesar 1.232 MW (5,9%), tahap perencanaan sebesar 12.656 MW (60,5%), dan proyek yang tidak dilanjutkan dan terminasi sebesar 64 MW (0,3%).