Naiknya NTP dan 30% Kenaikan Harga Gabah Membuat Petani RI Berpeluang Meraih Kekayaan

by -132 Views

Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS), pada bulan Oktober 2023, Nilai Tukar Petani (NTP) mencapai angka 115,78, naik sebesar 1,43% dibandingkan dengan bulan September 2023. Kenaikan ini terjadi karena indeks harga yang diterima oleh petani naik lebih tinggi dibandingkan indeks harga yang dibayarkan oleh petani, yaitu 1,67% dibandingkan dengan 0,24%.

Kenaikan NTP yang paling signifikan terjadi pada subsektor tanaman pangan, yaitu sebesar 2,68%. Komoditas yang menjadi pendorong kenaikan ini antara lain gabah, jagung, ketela pohon, dan ketela rambat.

Namun, terdapat penurunan NTP yang cukup dalam pada subsektor perikanan tangkap. Nilai tukar nelayan (NTN) mengalami penurunan sebesar 0,76%. Empat komoditas yang berpengaruh dalam penurunan ini adalah ikan cakalang, layang, kembung, dan tongkol.

Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS, Pudji Ismartini, menyatakan bahwa Nilai Tukar Usaha Petani (NTUP) pada bulan Oktober 2023 mengalami kenaikan sebesar 1,57% menjadi 116,79 jika dibandingkan dengan bulan September 2023. Kenaikan NTUP ini disebabkan oleh kenaikan indeks harga yang diterima oleh petani sebesar 1,67%, yang lebih tinggi dibandingkan dengan biaya produksi dan penambahan barang modal yang naik 0,10%.

Pudji menambahkan bahwa kenaikan biaya produksi paling signifikan terjadi pada subsektor tanaman pangan, yaitu sebesar 2,79%. Namun, penurunan terdalam terjadi pada subsektor peternakan dan perikanan tangkap, turun 0,58% dan 0,40%.

Selain itu, harga gabah telah mengalami lonjakan sebesar lebih dari 27% dan harga beras naik hampir 20%. Harga gabah kering panen (GKP) pada bulan Oktober 2023 naik 5,16% secara bulanan dan 27,95% secara tahunan. Harga gabah kering giling (GKG) juga mengalami kenaikan sebesar 4,29% secara bulanan dan 30,77% secara tahunan. Sementara harga beras di penggilingan naik 3,31% secara bulanan dan 29,24% secara tahunan. Di tingkat grosir, harga beras naik 2,13% secara bulanan dan 21,64% secara tahunan. Sedangkan harga beras di tingkat eceran meningkat 1,72% secara bulanan dan 19,12% secara tahunan.

Namun, peningkatan harga gabah dan NTP tidak menunjukkan secara langsung kenaikan kesejahteraan petani. Pudji menjelaskan bahwa kenaikan harga beras yang diterima petani bersifat sementara dan sangat fluktuatif. Kenaikan NTP pada subsektor tanaman pangan per Oktober 2023 disebabkan oleh kenaikan indeks harga yang diterima petani sebesar 2,91%, termasuk kenaikan harga gabah. Oleh karena itu, BPS sedang melakukan penyempurnaan penghitungan NTP agar dapat digunakan untuk mengevaluasi kesejahteraan petani. Selain NTP, BPS juga berpendapat bahwa kesejahteraan petani tidak hanya dapat dilihat dari aspek harga, melainkan juga dari berbagai dimensi lainnya. BPS akan melakukan pilot project dalam menghitung kesejahteraan petani, yang diharapkan dapat memberikan indikator alternatif selain NTP untuk melihat kesejahteraan petani.

Sumber: CNBC Indonesia