BMKG Mengungkap Penyebab Fenomena Suhu Panas di RI, Bukan Gelombang Panas

by -98 Views

Jakarta, CNBC Indonesia – Beberapa wilayah di Asia dilanda gelombang panas parah. Seperti di Vietnam, Thailand, Myanmar, Bangladesh, dan India.

Di Indonesia, suhu panas juga terasa belakangan ini. Menurut data BMKG, suhu maksimum tertinggi di Indonesia mencapai 37,0 derajat Celcius (per 27 April 2024).

Pada hari ini, Kamis (2/5/2024, pukul 07.00 WIB), BMKG melaporkan suhu maksimum tertinggi di Indonesia mencapai 36,1 derajat Celcius, berdasarkan laporan dari Stasiun Meteorologi Pangsuma, Kapuas Hulu, Kalimantan Barat.

Lalu, apakah Indonesia mengalami gelombang panas seperti negara-negara tetangga?

Deputi Bidang Meteorologi BMKG, Guswanto, menyatakan bahwa fenomena suhu panas di Indonesia bukanlah gelombang panas. Menurutnya, fenomena ini disebabkan oleh posisi semu matahari berada dekat dengan khatulistiwa pada bulan April. Hal ini menyebabkan suhu udara di beberapa wilayah Indonesia menjadi cukup panas saat siang hari.

Guswanto menegaskan bahwa kondisi ini bukan merupakan heat wave, karena memiliki karakteristik fenomena yang berbeda. Hal ini hanya dipicu oleh faktor pemanasan permukaan yang merupakan dampak dari gerak semu matahari, sehingga terjadi setiap tahun.

Syarat terjadinya gelombang panas, menurut Guswanto, adalah suhu maksimum harian yang lebih tinggi dari suhu maksimum rata-rata sebanyak 5 derajat Celcius, dan biasanya berlangsung selama 5 hari berturut-turut. Namun, suhu maksimum di Indonesia masih berada dalam kisaran 36-37 derajat Celcius.

Kepala Pusat Meteorologi Publik, Andri Ramdhani, menambahkan bahwa bulan April merupakan periode peralihan musim dari hujan ke kemarau di sebagian besar wilayah Indonesia. Dia mengimbau masyarakat untuk meningkatkan kewaspadaan terhadap potensi cuaca ekstrem, seperti hujan lebat disertai kilat/petir dan angin kencang, angin puting beliung, dan hujan es.

Andri menjelaskan bahwa ciri masa peralihan musim adalah pola hujan yang biasanya terjadi pada sore hingga malam hari setelah udara hangat dan terik pada pagi hingga siang hari. Hal ini disebabkan oleh radiasi matahari yang cukup besar pada pagi hingga siang hari yang memicu proses konveksi dari permukaan bumi ke atmosfer sehingga terbentuknya awan.

Artikel Selanjutnya:
Peringatan Terbaru BMKG: Karhutla Lebih Besar Intai 2 Wilayah RI Ini

(dce/dce)