Sekitar 4.000 pengungsi Rohingya di Bangladesh kehilangan tempat berlindung setelah dugaan serangan pembakaran menghancurkan kamp mereka dan membakar hampir 800 rumah. Bangladesh adalah rumah bagi sekitar satu juta orang Rohingya, banyak di antaranya melarikan diri dari tindakan keras militer pada 2017 terhadap minoritas Muslim di negara tetangga Myanmar yang kini menjadi sasaran penyelidikan genosida PBB. Kobaran api membakar kompleks tempat penampungan bambu dan terpal yang padat pada Minggu dini hari di sebuah kamp di tenggara negara itu, kata komisaris pengungsi Mizanur Rahman. “Sedikitnya 711 shelter terbakar habis dan 63 rusak sebagian,” kata Rahman seraya menambahkan bahwa lima pusat pendidikan dan dua masjid juga ikut hancur, sebagaimana dikutip AFP, Minggu (7/1/2024). Dia mengatakan kebakaran tersebut menyebabkan 4.000 orang kehilangan tempat tinggal. Menurutnya, tidak ada kebetulan, dan api telah dapat dikendalikan. “Kami telah memerintahkan penyelidikan atas kebakaran tersebut,” tambahnya. “Kami menduga ini adalah tindakan pembakaran.” Badan pengungsi PBB mengatakan “kebakaran besar merusak banyak tempat penampungan pengungsi”, dan menambahkan bahwa mereka “mendukung orang-orang yang terkena dampak”. Kebakaran di puluhan kamp pengungsi Rohingya di Bangladesh sering terjadi, terutama pada musim kemarau pada bulan November hingga April. Namun, banyak dari kamp tersebut juga terpecah oleh kekerasan di antara kelompok Rohingya yang bersaing. Polisi mengatakan keamanan di kamp-kamp tersebut semakin memburuk, dengan lebih dari 60 pengungsi tewas dalam perang wilayah dan bentrokan terkait narkoba tahun lalu, jumlah tertinggi yang pernah tercatat. Pada Maret 2023, kebakaran di kamp Kutupalong – salah satu pemukiman pengungsi terbesar di dunia – menghancurkan 2.000 tempat penampungan. Dua tahun sebelumnya, setidaknya 15 orang Rohingya terbunuh dan 50.000 pengungsi lainnya kehilangan tempat tinggal setelah kebakaran di kamp yang sama.