Jakarta, CNBC Indonesia – Gangster mulai menyerang Eropa. Setidaknya ini diketahui dari laporan Europol terbaru.
Lembaga itu berhasil memetakan 821 jaringan kriminal yang paling mengancam di Benua Biru. Laporan tersebut memberikan gambaran komprehensif tentang cara kerja geng-geng yang terlibat dalam berbagai aktivitas, mulai dari penyelundupan narkoba hingga perdagangan manusia.
Badan hukum yang berbasis di Den Haag ini merilis laporannya Jumat. Laporan itu untuk pertama kalinya menganalisis secara mendalam karakteristik kelompok bawah tanah paling jahat di Eropa dan cara mereka beroperasi.
“Aspek kuncinya adalah strategi jaringan kriminal untuk menyusup ke dunia bisnis legal – sebagai fasilitator untuk melakukan kejahatan, sebagai kedok untuk menyamarkan kejahatan dan sebagai sarana untuk mencuci keuntungan kriminal,” kata laporan Europol setebal 51 halaman, seperti dikutip AFP, Sabtu (6/4/2024).
Silaporkan bahwa saat ini sekitar 86% kelompok kriminal paling mengancam di Eropa menggunakan struktur bisnis legal. Mereka bermain di sektor konstruksi dan properti, perhotelan, dan logistik.
Menurut Europol, geng-geng kriminal lebih memilih real estat sebagai cara untuk mencuci hasil kejahatan. Di mana mereka menggunakan pengacara atau pakar keuangan yang “terkadang tidak mengetahui asal usul kriminal dari aset tersebut”.
“Klub malam sering digunakan untuk perdagangan narkoba, pemerasan dan pemerasan serta penyelundupan migran dan senjata,” tambah badan tersebut.
Di bidang logistik, khususnya di pelabuhan-pelabuhan besar di Eropa, pekerja sektor swasta disebut sering menjadi sasaran korupsi. Karena mereka dapat memfasilitasi akses tak terbatas ke pelabuhan dan sistem pelabuhan termasuk data.
Mayoritas geng paling berbahaya di Eropa berfokus pada penyelundupan narkoba, seperti kokain, ganja, heroin, dan obat-obatan sintetis. Mereka paling sering berlokasi di Belgia, Jerman, Italia, Belanda, dan Spanyol.
Sementara itu, laporan tersebut juga memberikan perhatian khusus pada Dubai. Europol menyebut kota di Uni Emirat Arab (UEA) ini telah muncul sebagai pusat koordinasi jarak jauh.
Di sana, kata Europol, ada tempat para anggota gangster tingkat tinggi dan aktor kriminal lainnya. Mulai dari broker dan penyelenggara tinggal untuk mengoordinasikan aktivitas jaringan kriminal dan menghambat deteksi penegakan hukum.
“Namun, ketika melihat lokasi geografis para pemimpin jaringan kriminal berisiko tinggi, Dubai tampaknya tidak terlihat sebagai tempat berlindung yang aman bagi para pemimpin,” kata Europol.
Misalnya, hakim Belanda bulan lalu menjatuhkan hukuman seumur hidup kepada Ridouan Taghi, salah satu raja narkoba paling dicari di negara itu. Ia diketahui sempat ditangkap di Dubai pada tahun 2019.
Namun Europol memperingatkan bahwa banyak dari jaringan kejahatan yang paling mengancam telah ada selama bertahun-tahun. Bahkan sepertiganya beroperasi selama lebih dari satu dekade.
“Ini berarti perhatian penegakan hukum harus tetap terfokus pada jaringan kriminal yang sudah lama diketahui, bahkan jika mereka berada di bawah pengawasan penegak hukum dan bahkan jika tindakan telah diambil terhadap mereka,” kata Europol.