Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat terjadi lonjakan impor barang konsumsi ke Indonesia pada November 2023. BPS menyebut kenaikan impor barang konsumsi ini paling besar, dibandingkan impor barang menurut golongan penggunaan, seperti bahan baku/penolong dan barang modal.
“Impor barang konsumsi mengalami kenaikan tertinggi yaitu naik 10,53% (mtm),” ujar Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS Pudji Ismartini dalam konferensi pers di kantornya, Jakarta, Jumat, (15/12/2023).
BPS mencatat impor barang konsumsi pada Oktober 2023 masih di angka US$ 1,818 miliar, sedangkan pada November 2023 angkanya menjadi US$ 2,009 miliar. Artinya, selama November impor barang konsumsi mengalami peningkatan sebesar US$ 191,6 juta atau 10,53% dibandingkan bulan Oktober 2023.
Pudji mengatakan kenaikan barang konsumsi tersebut didorong oleh kenaikan impor di jenis serealia, sayuran dan instrumen optik, fotografi, sinematografi dan medis.
“Secara bulanan nilai ekspor mengalami peningkatakan untuk seluruh penggunaan, impor barang konsumsi mengalami kenaikan tertinggi 10,53% yang didorong kenaikan impor serealia, sayuran, dan instrumen optik, fotografi, sinematografi dan medis,” katanya.
Sementara itu Pudji mengatakan untuk impor bahan baku/penolong secara bulanan sebenarnya juga mengalami peningkatan dengan jumlah paling besar, yakni US$ 483,6 juta. Namun, secara persentase peningkatan itu hanya sekitar 3,6% dibandingkan bulan Oktober. Adapun, untuk barang modal juga mengalami peningkatan sebanyak US$ 238,3 juta atau meningkat 6,98% dibandingkan bulan sebelumnya.
Meski demikian, Pudji belum bisa menjelaskan penyebab kenaikan impor barang konsumsi tersebut. Dia mengatakan butuh penelusuran lebih lanjut mengenai alasan di balik kenaikan impor barang konsumsi tersebut menjelang akhir tahun ini.
“Itu nanti akan dicari terlebih dahulu oleh tim dan akan disampaikan oleh tim dari direktorat distribusi untuk memastikan barang konsumsi yang diimpor ini apa saja,” kata dia.