BMKG Melakukan Ini saat Tanda Kiamat Bumi Tampak dari Laut

by -121 Views

Jakarta, CNBC Indonesia – Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati menyebut pentingnya data kelautan dan wilayah pesisir untuk mendukung ketahanan terhadap perubahan iklim dan bahaya laut lainnya. Dia mengatakan kondisi bumi saat ini sangat mengkhawatirkan dan tidak mudah diprediksi.

“Pengamatan dan layanan laut yang berkelanjutan sangat penting dan relevan untuk mengurangi potensi permasalahan dan ancaman yang timbul akibat perubahan iklim maupun ancaman lainnya,” kata Dwikorita dalam rangkaian event COP28 : Water For Life yang diselenggarakan di Dubai, Uni Emirat Arab, dikutip pada Sabtu, (16/12/2023).

Dalam agenda tersebut, Dwikorita didapuk sebagai panelis terkait tema Earth Information Day yang meliputi topik bahasan peran pengamatan dalam mendukung pelaporan nasional, apa saja kebutuhan informasi untuk Global Stocktake ke-2 (GST2), dan Kemitraan sektor publik-swasta dalam pengamatan gas rumah kaca (GRK).

Dwikorita mengatakan ketersediaan data dan informasi kelautan yang akurat dan handal tidak hanya berguna untuk melawan perubahan iklim. Dia mengatakan data tersebut juga bermanfaat untuk meningkatkan perekonomian masyarakat pesisir, pembangunan sektor kelautan dan perikanan, keamanan dan keselamatan pelayaran, serta dapat memperkuat sistem peringatan dini bencana, khususnya tsunami.

Bagi Indonesia, kata dia, wilayah pesisir dan laut sangat strategis dan penting. Dia mengatakan sebagai negara kepulauan terbesar, iklim dan cuaca di Indonesia sangat dipengaruhi oleh keadaan laut. Dia mengatakan interaksi darat-laut telah menjadi pendorong utama karakteristik cuaca-iklim di negara ini.

Dia mengatakan ENSO dan IOD telah menjadi faktor yang menonjol karena posisi geografis Indonesia yang berada di antara dua benua dan dua samudera, yaitu Samudera Hindia dan Pasifik. Selain itu, aktivitas Arus Lintas Indonesia (Indonesian Through Flow) juga turut mempengaruhi kondisi cuaca dan iklim di Indonesia.

“Selama tiga tahun terakhir, Indonesia mengalami Triple-Dip La Nina yakni pada tahun 2020-2022. Sementara, di tahun 2023 ini, Indonesia menghadapi kekeringan yang cukup parah yang disebabkan oleh El Nino yang kuat,” kata dia.

Karena itu, Dwikorita mengatakan Indonesia mengajak seluruh negara untuk bekerja sama melakukan pengamatan laut guna mengatasi tantangan perubahan iklim. Mengingat Pemantauan laut dan pesisir membutuhkan biaya yang besar, sehingga membutuhkan kemitraan di luar sektor publik untuk pengamatan laut yang berkelanjutan.

“Ketersediaan data dan informasi yang akurat mengenai laut menjadi salah satu bentuk mitigasi dampak perubahan iklim. Dengan data tersebut, negara-negara di dunia dapat menjadikannya sebagai acuan dalam merumuskan berbagai kebijakan guna mengantisipasi dan meminimalisir risiko yang ditimbulkan dari perubahan iklim itu sendiri,” kata dia.

(wur)