Siasat Menjegal Trauma Pascabencana – prabowo2024.net

by -139 Views

Trauma dapat terjadi pada setiap korban atau penyintas dari suatu kejadian bencana. Namun, tidak semua penyintas akan mengalami fase ini. Salah satu contoh penyintas trauma bencana adalah Palupi Budi Aristya atau Upi (21 tahun) yang merasa cemas dan takut karena aktivitas Gunung Merapi yang meningkat. Pada 2010, Upi dan keluarganya mengungsi menyelamatkan diri dalam suasana yang panik dan mencekam, meninggalkan rumah mereka yang hancur akibat letusan terbesar Merapi di era modern. Sementara itu, Muhammad Arista Ramadhani atau Aris (27 tahun) merupakan penyintas bencana gempa dan tsunami Aceh tahun 2004. Aris dan keluarganya harus berlari ke puncak bukit untuk menyelamatkan diri dan menyaksikan kota mereka tersapu gelombang tsunami. Meskipun begitu, Aris dapat kembali berdamai dengan laut setelah bertahun-tahun, meski masih membekas rasa takut akan ketinggian.

Trauma, singkatan dari Post Traumatic Stress Disorder, dapat terjadi pada setiap korban atau penyintas dari suatu kejadian bencana. Namun, tidak semua penyintas akan mengalami fase ini. Bencana alam dapat menyebabkan seseorang kehilangan rutinitas, harta benda, bahkan anggota keluarga, sehingga setiap orang akan merasakan kesedihan yang besar. Dalam tahap ini, dukungan psikologis awal atau psikososial sangat diperlukan untuk membantu korban bencana mengelola dampak psikologis yang mereka rasakan.

Relawan merupakan pihak yang dapat memberikan dukungan psikososial kepada korban bencana. Mereka melakukan berbagai kegiatan untuk membantu korban mengatasi trauma, seperti bermain, kegiatan pembiasaan doa, materi dengan fun learning, permainan kelompok, dan sesi cerita. Dukungan psikososial ini penting untuk membantu korban bencana mengatasi dampak psikologis yang mereka rasakan akibat kejadian bencana.

Source link