Jerman Menolak Kirim Senjata ke Israel Tanpa Jaminan Tertulis
Jakarta, CNBC Indonesia – Jerman menolak untuk mengirim senjata ke Israel kecuali Yerusalem Barat memberikan jaminan tertulis bahwa senjata itu tidak akan digunakan untuk menyerang warga sipil di Gaza. Hal ini dilaporkan oleh media Jerman, Bild, yang juga dituliskan kembali oleh Politico dan dilaporkan Russia Today, Selasa (15/10/2024).
Dalam laporan tersebut, disebutkan bahwa Berlin tidak menyetujui penjualan senjata apapun ke Israel sejak Maret. Manuver ini diinisiasi Menteri Luar Negeri Annalena Baerbock dan Menteri Ekonomi Robert Habeck, yang ingin agar Israel berjanji senjata itu tidak akan digunakan terhadap warga sipil di Gaza.
“Pemerintah Israel harus memberikan jaminan tertulis kepada pemerintah Jerman bahwa ekspor senjata dari Jerman tidak akan digunakan untuk genosida,” kata Bild, mengutip sumbernya di kalangan pemerintah dan pertahanan.
Hukum Jerman melarang pengiriman senjata ke negara-negara yang berisiko digunakan terhadap warga sipil. Maka itu, dalam konteks Israel-Gaza, pengadilan administratif Jerman dapat menghentikan pengiriman tersebut bila tidak ada komitmen dari Tel Aviv.
Baerbock secara terbuka mendukung hak Israel untuk membela diri. Namun menekankan dalam pidatonya minggu lalu bahwa ‘hukum humaniter internasional dan hak Israel untuk hidup saling terkait erat’.
“Pengiriman senjata ke Israel adalah tentang kepatuhan terhadap aturan hukum humaniter internasional,” kata seseorang yang mengetahui masalah tersebut kepada Politico.
Pengungkapan tersebut memicu kritik dari pihak oposisi dan Partai Demokratik Kebebasan (FDP) yang berkuasa. Banyak politisi meminta Partai Hijau dan Kanselir Olaf Scholz untuk “memperjelas” situasi ekspor senjata.
“Scholz, sebagai ketua Dewan Keamanan Federal, juga memikul tanggung jawab di sini,” tutur Friedrich Merz, pemimpin Persatuan Demokrat Kristen (CDU), kepada Bild.
Israel dituduh secara membabi buta menargetkan warga sipil di Gaza, tempat lebih dari 42.000 warga Palestina tewas sejak pertempuran antara Hamas dan Israel meletus pada Oktober 2023. Militer menepis tuduhan melakukan genosida sebagai ‘tidak masuk akal’, dengan alasan bahwa Hamas menggunakan warga sipil Gaza sebagai tameng.
(luc/luc)