Kelompok militer Hamas, yang juga berkuasa di wilayah Jalur Gaza Palestina, mengeluarkan pernyataan terkait pengepungan yang dilakukan oleh Israel. Brigade Al-Qassam, sayap militer Hamas, mengancam bahwa tindakan pengepungan ini akan menjadi kutukan sejarah bagi Israel. Hamas mengklaim bahwa jika Israel terus menekan, mereka akan mengambil langkah-langkah yang akan menyebabkan bencana bagi Yerusalem Barat, yang dianggap sebagai Ibu Kota Israel oleh kalangan Zionis.
Abu Obeida, juru bicara Hamas, mengatakan bahwa akan ada banyak korban di kalangan pasukan Israel. Lebih banyak tentara Israel akan kembali dalam tas hitam. Sejauh ini, Pasukan Pertahanan Israel (IDF) telah mengonfirmasi tewasnya 19 tentaranya dalam operasi yang sedang berlangsung. IDF juga telah sepenuhnya mengepung Kota Gaza di bagian utara kantong tersebut.
Israel saat ini menghadapi tekanan dari PBB dan kelompok kemanusiaan untuk melakukan gencatan senjata, mengingat jumlah korban warga sipil Gaza yang terus bertambah dan kekhawatiran akan penyebaran konflik ini ke seluruh Timur Tengah. Presiden Amerika Serikat (AS), Joe Biden, tidak meminta penghentian sepenuhnya, tetapi mengusulkan adanya “jeda kemanusiaan”. Menteri Luar Negeri AS, Antony Blinken, juga menyatakan bahwa AS bertekad untuk mencegah eskalasi dalam konflik ini.
Data PBB mencatat bahwa jumlah korban tewas di Gaza sudah mencapai 8.800 orang sejak 7 Oktober, termasuk lebih dari 3.600 anak-anak. Selain itu, sekitar 22.240 orang telah terluka. PBB juga mengutuk serangan udara IDF yang menargetkan kamp pengungsi padat penduduk di Gaza utara, menyebutnya sebagai kejahatan perang. Namun, Israel berargumen bahwa mereka menargetkan infrastruktur teror yang berada di dekat bangunan sipil berdasarkan intelijen yang tepat.