Jakarta, CNBC Indonesia – Serangan balasan Iran dengan meluncurkan ratusan drone dan rudal ke Israel tidak efektif karena sebagian besar dapat dicegat dan dihancurkan sebelum mencapai tujuan. Hal tersebut ternyata tidak lepas dari peran sejumlah negara Arab yang ‘membantu’ Israel dalam penyediaan informasi intelijen maupun mencegat langsung serangan tersebut.
Menurut laporan Wall Street Journal (WSJ), ada 7 negara Teluk yang membagikan informasi ke Amerika Serikat (AS) terkait serangan ini, termasuk di antaranya adalah Arab Saudi dan Uni Emirat Arab UEA. “Beberapa negara Teluk memberikan informasi penting yang merupakan kunci keberhasilan langkah-langkah pertahanan udara yang hampir seluruhnya menggagalkan serangan besar-besaran tersebut,” kata pejabat Saudi, AS, dan Mesir, kepada WSJ, dikutip Minggu (21/4/2024).
“Kerja sama ini dipelopori oleh AS, yang selama bertahun-tahun berupaya membentuk kemitraan militer informal untuk melawan ancaman dari Iran,” tulis laporan itu. Laporan itu juga untuk pertama kalinya mengungkapkan ruang lingkup kegiatan bersama yang mencakup negara-negara yang tidak memiliki hubungan diplomatik dengan Israel. “Peran penuh yang dimainkan oleh Arab Saudi dan pemerintahan penting Arab lainnya masih dirahasiakan,” tulis laporan tersebut.
Setelah serangan tanggal 1 April dan ancaman balasan dari Iran, para pejabat AS mulai mendesak pemerintah negara-negara Arab untuk memberikan informasi intelijen mengenai rencana balas dendam Iran dan meminta bantuan untuk mencegah serangan tersebut. Awalnya, beberapa negara Arab ragu-ragu karena khawatir bahwa dengan membantu Israel mereka akan terlibat konflik langsung dengan Iran atau menghadapi pembalasan. Namun, pada akhirnya, Arab Saudi dan Uni Emirat Arab setuju untuk menyampaikan informasi secara pribadi, sementara Yordania setuju untuk membiarkan AS dan pesawat tempur negara lain menggunakan wilayah udaranya. Yordania juga mengatakan akan menggunakan jetnya sendiri untuk mencegat rudal dan drone.
Laporan tersebut menambahkan bahwa dua hari sebelum serangan, para pejabat Iran memberi tahu Arab Saudi dan negara-negara Teluk lainnya tentang profil respons yang mereka rencanakan terhadap Israel. “Tantangannya adalah untuk menyatukan semua negara tersebut dengan Israel meskipun negara tersebut terisolasi secara regional. Itu adalah masalah diplomatik,” tulis laporan WSJ.
Raja Yordania Abdullah II mengatakan bahwa negaranya tidak boleh menjadi ‘teater perang regional’ setelah Yordania mencegat beberapa rudal dan drone ketika Iran menyerang Israel pada akhir pekan. Abdullah memperkuat komitmen negaranya untuk menjunjung tinggi keamanan dan kedaulatan di atas segala pertimbangan lainnya. Dilansir Arab News, dia menekankan tujuan Yordania adalah untuk menjaga kedaulatannya sendiri daripada membela Israel. Sebelumnya pada Selasa (16/4/2024), Menteri Luar Negeri Yordania Ayman Safadi mengatakan komunitas internasional harus menghentikan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dari “mencuri” perhatian dari Gaza dengan meningkatkan konfrontasinya dengan Iran. Dalam sambutannya pada konferensi pers dengan timbalannya dari Jerman di Berlin, Safadi mengatakan Iran telah menanggapi serangan terhadap konsulatnya dan telah mengumumkan bahwa mereka “tidak ingin meningkatkan ketegangan lebih jauh.”