Klaim Israel: Serangan di Golan Menewaskan 12 Orang, Termasuk Anak-Anak

by -147 Views

Konflik antara Israel dan Palestina masih berlanjut dan terus menelan korban. Baru-baru ini, 12 orang tewas dalam serangan roket di Dataran Tinggi Golan.

Israel menuduh Hizbullah sebagai pelaku dalam serangan yang memicu eskalasi besar ini. Di antara korban yang tewas termasuk anak-anak dan remaja.

Menurut laporan CNN International, sekitar 12 orang, termasuk anak-anak, tewas ketika beberapa roket menyerang sebuah desa di Dataran Tinggi Golan pada hari Sabtu, sebagai akibat dari serangan paling mematikan sejak 7 Oktober 2023.

Israel mengklaim telah mengidentifikasi sekitar 30 proyektil yang ditembakkan dari Lebanon ke wilayah Israel dan menyalahkan kelompok militan Lebanon yang didukung Iran, Hizbullah, atas serangan tersebut.

Insiden ini meningkatkan kekhawatiran akan eskalasi besar dalam konflik yang telah berlangsung lama di sepanjang perbatasan Israel-Lebanon. Beberapa politisi Israel menuntut pembalasan meskipun Hizbullah membantah keterlibatan dalam penembakan roket tersebut.

Sebelum serangan hari Sabtu, Israel dan Hizbullah telah saling menembak selama hampir 10 bulan dengan kekerasan yang semakin meningkat. Para pemimpin regional telah memperingatkan bahwa konflik ini telah mencapai titik kritis.

Selain korban tewas, setidaknya 29 orang terluka dalam serangan di Majdal Shams, sebuah desa di Dataran Tinggi Golan utara yang dikuasai Israel dan dihuni oleh komunitas Druze.

Dataran Tinggi Golan, yang direbut oleh Israel dari Suriah pada tahun 1967 selama Perang Enam Hari dan dianeksasi pada tahun 1981, dianggap sebagai wilayah pendudukan di bawah hukum internasional dan resolusi Dewan Keamanan PBB. Daerah ini merupakan rumah bagi sekitar 50.000 pemukim Yahudi Israel dan Druze.

Sebagian besar orang Druze di sana menganggap diri mereka sebagai warga Suriah dan menolak kewarganegaraan Israel.

Juru bicara Pasukan Pertahanan Israel (IDF) Daniel Hagari mengungkapkan bahwa beberapa tembakan roket mengenai lapangan sepak bola di mana anak-anak dan remaja bermain. Menurutnya, ini merupakan serangan paling mematikan terhadap warga sipil Israel sejak 7 Oktober.

Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu memutuskan untuk mempersingkat kunjungannya ke Amerika Serikat dan kembali ke Israel setelah serangan tersebut. Dia menyatakan bahwa Israel tidak akan tinggal diam terkait insiden tersebut dan akan mengadakan rapat kabinet keamanan.

Netanyahu menegaskan bahwa Hizbullah akan membayar harga yang mahal atas serangan tersebut.